Pidato : Keajaiban Isro' Mi'roj Nabi Muhammad Saw


اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى جَعَلَ إِسْرَاهُ مِنْ مَكَّةَ اِلَى بَيْتِ الْمُقَدَّسِ فِى لَيلَةِ الْكُبْرَآ. وَاَرْسَلَهُ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدَا عِيًا إِلَى اللهِ بِإِذْنِهِ سِرَاجًا وَمُنِيْرًأ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ،:

فَيَا إِخْوَانِي وأَخْوَاتِي فيِ اللهِ

Mari kita mengucapkan alhamdulillah dan mengukir syukur dalam hati setinggi-tingginya kepada Allah, karena segala anugerah dan nikmatNya masih kita rasakan sampai saat ini, kita bisa bermuwajjahah dalam majelis yang luarbiasa ini, saya yakin :
فِي هَذِهِ الْمَجَالِسْ الْمُبَارَكَة الله يُنْزِلُ الرَّحْمَةِ وَالْمَنْفَعَة الْعَظِيْمَة. رَحْمَةً وَ مَنْفَعَةً نُصِيْلُ بِهِمَا اِلَى جَنَّتِهِ الْأَعْلَى
Alhamdulillah ala nikmatil iman wal islam yang menjadi cahaya perjalan kita menuju satu titik. Yaitu meraih ridlo Allah.

Di kesempatan istimewa ini, mari kita lantunkan salam rindu dan ta’dzim kepada baginda, Al Musthofa wa habibina wa qurrotu a’yunina sayidina Muhammad Saw,  Allahumma sholli ala sayidina muhammad, wa ala ali sayidina muhammad. Sungguh benar, syair tertua dalam Islam yang disenandungkan oleh penduduk Anshor dan Madinah di lembah Tsaniyatil Wada’  :
طلع البدر علينا من ثنية الوداع * وجب الشكر علينا ماداعا لله داع
Adalah bentuk kecintaan dan kekaguman umat kepada Nabi Muhammad, yuk, menjadi keharusan bagi kita untuk mengabadikan sholawat sebagai luapan rindu kepada beliau. Allahumma sholli ala sayidina Muhammad.

فَيَا إِخْوَانِي وأَخْوَاتِي فيِ اللهِ
Dari sekian sejarah Islam, salah satu keistimewaan dan tanda akan kemuliaan Nabi Muhammad Saw adalah peristiwa Isra dan Mi'raj. Sudah tahu kan?, so pasti deh.. Kan santri Al Kenaniyah..
Allah menegaskan dalam Alqur’an dalam Al Isro’:
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Artinya sudah tahu kan.. Al Kenaniyah dong…

Mari kita pahami secara parsial tentang peristiwa isra’ Nabi dalam ayat di atas, kita mulai dari lafadz “subhana”. Ini menandakan Allah memberi kabar bahwa, peristiwa Isra’ ada kekuatan supranatural yang tidak bisa dijangkau oleh logika manusia. Maka makna kata Subhanallah adalah tanzih dan bahwa Allah itu Maha Suci DzatNya, SifatNya dan PerbuatanNya dari segala kesamaan. Mehamamkan bahwa, “Peristiwa itu, Allah yang melakukan” maka kita sebagai hamba, harus menSucikanNya dari segala ketentuan yang berlaku untuk manusia, dan tidak boleh mengukur perbuatan Allah, dengan perbuatan manusia. Kenapa pada malam hari, dan perjalanan ribuan kilometer dari Mekah ke Palestina dalam sekejap, mungkin tidak akan bisa dinalar dengan akal. Betul?

Selanjutnya lafadz “asra”, subyek “Yang meperjalankan” dalam hal ini adalah Allah, dengan kalimat “alladzi asraabi”. Kalimat ini memberi pengertian bahwa Rasulullah Saw itu di Asraa-kan oleh Allah Swt, bukan Asraa dengan sendirinya atau kehendak Nabi sendiri. Tetapi dengan kekuasaan Allah yang memperjalankannya. “Bi abdihi” adalah aplikasi bahwa, penghambaan adalah pintu rahmat Allah akan dibuka, “Lailan” jelas dong kalau isro’ ini dilaksanakan pada malam hari, “barakna haulahu” adalah terjemahan dari barokah dan penjagaan pada Rasulullah Saw. Terakhir, “linuriyahu min ayatina” adalah pengertia bahwa, Nabi akan diperlihatkan tanda-tanda Allah dalam mi’rajnya. Selaras dengan bunyi surat An Najm ayat 18, “laqod roa min ayatihil kubro”. Subhanallah, inilah keistimewaan Nabi dari makhluk lainnya kawan..

فَيَا اَيُّهَا الزُّمَلَأْ اَلْأَحِبَّاءْ فيِ اللهِ
Kok pada lemes sih, tentang Mi’rajnya belum lho.. Yuk kita simak ayat ini dengan seksama :
وَهُوَ بِالْأُفُقِ الْأَعْلَي. ثُمَّ دَنَي فَتَدَلَّي. فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَي. فَأَوْحَي اِلَي عَبْدِهِ مَا أَوْحَي. مَا كَذَّبَ الْفُؤَادُ مَا رَأَي. أَفَتُمَارُوْنَهُ عَلَي مَا يَرَي. وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَي. عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَي . عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَي. إِذْ يَغْشَي السِّدْرَةَ مَا يَغْشَي. مَا زَاغَ البَصَرُ وَمَا طَغَي. لَقَدْ رَأَي مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
Sedang dia berada di ufuq yang tertinggi. Kemudian dia mendekat dan bertambah lebih dekat lagi, maka jadilah Dia dekat (kepada Muhammad) sejarak dua ujung busur atau lebih dekat lagi. Lalu Dia menyampaikan kepada hambaNya (Muhammad) apa yang telah Dia wahyukan. Hati Muhammad tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya. Maka apakah kamu (musyrikin Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada Surga tempat tinggal. Muhammad melihat Jibril ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatan Muhammad tidak berpaling dari yang dilihatnya itu, dan tidak pula melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebagian tanda‑tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar”. (QS. 53 : 7 ‑ 18).


فَيَا اَيُّهَا الزُّمَلَأْ اَلْأَحِبَّاءْ فيِ اللهِ
Maha benar Allah dengan segala firmanNya. Isra’ Mi’raj adalah keajaiban dalam Islam, peristiwa yang biasa dirayakan oleh segenap umat muslim di hampir seluruh nusantara ini, tidak hanya sebagai ajang silaturahmi, juga bagaimana kita mencontoh dan mengambil di antara hikmah-hikmah yang bersifat amaliyah taabbudiyah al islamiyah yang ada dalam Isra’ Mi’raj.

Di samping menyatakan kemuliaan Baitul Maqdis yang kemudian dimerdekakan oleh Panglima Islam Salahudin Al Ayubi, kewajiban sholat lima waktu, Isra’ Mi’raj juga momen Rasulullah dalam menguatkan tekad menyampaikan dakwah risalah ilahiyahnya di Mekah, ketika kaum Quraisy menolak dan menyiksa para muslimin di Mekah. Hal ini tergambar dari doa Nabi pada waktu itu :
إِنْ لَمْ يَكُنْ بِكَ غَضَبٌ عَلَيَّ فَلَا أُبَالِي
Asalkan Engkau tidak murka kepadaku ya Allah, aku tidak perduli dengan berbagai penyiksaan ini.

فَيَا اَيُّهَا الشَّبَابْ اَلْأَحِبَّاءْ فيِ اللهِ
Sungguh tinggi nilai keimanan Sayidina Abu Bakar As Shidiq yang pertama kali membela dan percaya dengan adanya Isra’ Mi’raj ketika penduduk Mekah menertawai Rasulullah. Tentu dong, kita harus mencontoh kekuatan iman dan rasa persahabatan dari sahabat Abu Bakar. Ingat lho, memilih sabahat menjadi sangat penting, karena dia adalah cerminan dari diri kita, syair terkenal mengatakan :
عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ#  فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِيْ.
“Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang siapa temannya, sebab orang pasti akan mengikuti kelakukan temannya.”

Yuk, Isra’ Mi’raj kita jadikan momen mencari dan memilih teman yang terbaik, teman yang bermanfaat, teman yang bisa mengantarkan kita menjadi pribadi indah sebagaimana Rasulullah, menjadi muslimat berkarakter sehebat Rasulullah, menjadi generasi yang membanggakan Rasulullah, menjadi penerus perjuangan Rasulullah Saw. Karena kita sudah dipilih untuk menjadi orang hebat. Hebat di dalam pandangan manusia dan hebat di sisi Allah.
Menghebatkan diri adalah tugas dan kewajiban kita semua, salam hebat..

أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الشُّرَفَاءِ, وَصَحْبِهِ الْاَوْفِيَاءِ, وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ. وَسَارَ عَلَى نَهْجِهِمْ, وَاقْتَفَى مَا صُبْحٌ بَدَا, وَلَيْلٌ سَجَى, وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَكَفَى, فَاتَّقُوْا اللَه اَيُّهَا الشَّبَابُ حَقَّ التَّقْوَى وَاسْتَمْسَكُوْا مِنَ اْلِاسْلاَمِ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى. إِذَا وَجَدْتُموُانِي الْخَطِيْئَاتِ أَوِ الزَّلَّاتِ نَسْئَلُكُمْ بُحُورَ الْعَفْوَ, إِهْدِنَا الصِّراَطَ الْمُسْتَقِيْمِ يَارَبْ, لِأَنَّكَ تَهْدِي اِلَى أَقْوَامِ الطَّرِيْقِ نُصِيْلُ بِهَا اِلَى رِضَاكْ, وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَركَاتُه


Oleh Pangeran Senja, yang disampaikan : Atyq Nurull Atyqoh Al Khan
pada lomba Pidato, di Pondok Pesantren Al Kenaniyah Jakarta 


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pidato : Keajaiban Isro' Mi'roj Nabi Muhammad Saw"