Langit Terbuka Menyambut Cahaya Ruhnya
Abbad Bin Bisyir
Saat
Rasulullah Saw dan kaum muslimin selesai menghadapi perang Dzatur Riqa',
mereka sampai di suatu tempat dan bermalam di sana, Rasulullah Saw memilih
beberapa orang shahabatnya untuk berjaga-jaga secara bergiliran. Di antara penjaga
itu adalah Ammar bin Yasir dan Abbad bin Bisyir.
Waktu
berjaga, Abbad bin Bisyir menyuruh temannya Ammar yang sedang lelah untuk tidur
lebih dulu, biar dia yang berjaga awal. Ketika Abbad melihat sehelilingnya
aman. Ia melakukan sholat, berharap pahalanya berlipat. Namun, saat ia membaca
sebuah surat Alqur’an setelah bacaan Al Fatiha, sebuah anak panah menancap di
pangkal lengannya. Ia mencabut anak panah itu sambil meneruskan shalatnya.
Kemudian mendesing pula anak panah kedua yang mengenai anggota badannya. Abbad
tidak menghentikan sholatnya, hanya mencabut anak panah kedua itu. Kemudian
dalam gelap malam itu musuh memanahnya untuk ketiga kalinya. Abbad menarik anak
panah itu dan mengakhiri bacaan surat.
Ammar
terbangun setelah mendengar suara kawannya yang meringis menahan sakit, Ammar mengawasi
keadaan sekeliling. Tampak beberapa musuh melarikan diri. Ammar berpaling
kepada temannya seraya katanya, “Subhanallah, Kenapa aku tidak dibangunkan
ketika kamu dipanah.”
“Ketika
aku shalat tadi, aku membaca beberapa ayat Alqur’an yang amat mengharukan hati,
hingga aku tak ingin untuk memutuskannya!. Demi Allah, aku tidak akan
menyia-nyiakan pos penjagaan yang ditugaskan Rasulullah. Sungguh, aku lebih
suka mati daripada memutuskan bacaan ayat-ayat yang sedang kubaca itu!.”
begitulah jawaban dari sahabat Nabi yang sepenuh hati mencintai Allah dan
Rasulnya.
Ikhlas
Beribadah dan Berjihad
Abbad
bin Bisyir temasuk sahabat Nabi yang Abid (tekun beribadah), dia juga
dermawan, bahkan sering menyerahkan seluruh hartanya untuk berjuang memuliakan
agama Allah. Ia orang pertama ditemukan ketika pelaksanaan kurban dan medan
perang. Sebaliknya, ia jarang dijumpai waktu pembagian keuntungan dan harta
rampasan (ghonimah).
Keutamaannya
ini telah dikenal luas di antara sahabat-sahabat Rasul. Siti Aisyah, Ummul
Mu'minin pernah berkata, “Ada tiga orang Anshar yang keutamaannya tak dapat diungguli
oleh seorang pun. Yakni, Sa'ad bin Mu'adz, Useid bin Hudlair dan 'Abbad bin
Bisyir.”
Cahaya
dari Allah
Abbad
juga dikenal seorang tokoh yang mendapat karunia berupa cahaya dari Allah. Dengan
penglihatannya, Abbad dapat mengetahui tempat-tempat yang baik tanpa susah
payah mencarinya. Bahkan, para sahabat sering melihat saat Abbad berjalan di
waktu malam, dari diri Abbad muncul percikan cahaya yang menerangi jalannya.
Syahid
di Yamamah
Setelah
Rasulullah wafat, Abbad bin Bisyir adalah salah satu panglima perang yang
mendapat tugas untuk berperang menghadapi orang-orang murtad dibawah pimpinan
Musailamah Al Kaddzab. Sehari sebelum perang taman Yamamah itu dimulai, Abbad bermimpi,
ia kemudian memanggil Abu Sa'id Al Khudri untuk menceritakan Ta’birnya, “Hai
Abu Sa’id, saya bermimpi semalam langit terbuka untukku, kemudian tertutup
lagi!.” Abu Said menjawab, “Demi Allah, itu adalah mimpi yang sangat baik.”
Dengan
empat ratus bala tentara muslim, Abbad bin Bisyir menyerbu kaum murtad di taman
bunga Yamamah tempat benteng kelompok murtad dengan gagah berani dan semangat
jihat yang dahsyat muncul dari hatinya. Ia kemudian syahid dengan wajah penuh
dengan bekas sayatan pedang, Abbad hanya bisa dikenali dengan melihat beberapa tanda
yang terdapat pada badannya.
Sebuah
mimpi yang luarbiasa, dan tentunya sangat istimewa bagi Abbad bin Bisyir yang
syahid membela agama Allah dan RasulNya. Ta’bir mimpinya seakan jelas
menandakan kemuliaannya di sisi Allah. Seakan langit terbelah dan terbuka
menyambut ruhnya yang penuh cahaya ramat Allah dan penuh dengan semerbak wangi
misik surga Allah.
H. R. Umar Faru
(Dimuat di Majalah Kakilangit edisi 46)
0 Response to "Langit Terbuka Menyambut Cahaya Ruhnya"
Posting Komentar