Mari ‘Berperang’ di Media

Presentasi Singkat tentang Manfaat dan Bahaya Media ala Pangeran Senja

Media informasi sudah ada dimana-mana; di rumah, di kampus, di pasar, di mesjid dan di mana saja. Sekarang, perangkat software dan hadware sebagai aplikasi mesin pencari informasi mudah didapatkan, segala usia dapat menggunakan mesin elektronik itu dengan berkembanganya alat-alat (telekomunikasi) pintar yang murah dan mudah menjalankannya.
Apalagi, akses internet gratis (seperti wifi) banyak ditemukan di fasilitas-fasilitas umum. Kebebasan tanpa batas akses internet bagi masyarakat, sudah pasti akan ada dampak positif dan negatifnya karena jejaring dunia maya di isi miliaran orang dengan miliaran rencara. Percaya atau tidak, di dalam dunia maya (dumay), hanya 10% situs-situs yang muatannya bermanfaat (baca : bisa dimanfaatkan), sisanya (90%) berisi hal-hal tidak baik atau mudlarat (contoh : situs kekerasan dan pornografi).
Usaha KEMINFO dan TELKOM yang gencar menyerukan internet sehat tidak sepenuhnya bisa membentengi generasi bangsa ini dari bahaya media, keleluasaan sebebas-bebasnya dari server mesin pencari internasional seperti google, yahoo, dan lainnya membuat siapapun dengan leluasa memposting apa saja di dunia maya. Kesadaran dan kewaspadaan para orang tua dan semua kalangan akan bahaya media (internet) menjadi benteng utama para generasi bangsa.

Perjalanan Media di Indonesia
Pada awal munculnya media penerbitan pers, media (bermula dari terbitan majalah) di Indonesia sering digunakan sebagai media penggerak masyarakat untuk melawan pemerintahan yang tidak berpihak pada mereka. Selain itu, media juga dijadikan alat penyebaran ideologi, kebijakan, atau untuk memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu. Kesimpulannya, orientasi media pada masa itu cenderung idealis dan politis.
Setelah konflik politik mengendur, pers di Indonesia muncul lebih “liberal”. Sisi idealisme mulai tergeser dengan kepentingan bisnis. Media-media baru yang berkonten umum (membahas banyak hal) bermunculan dengan tujuan meraih pasar seluas-luasnya, sehingga dapat menghasilkan keuntungan finansial sebanyak-banyaknya.
Era sekarang, media (cetak maupun digital) sudah beraneka warna, tentu beraneka ragam yang bisa dilakukan. Ibarat, dumay adalah sebuah ladang yang bisa ditanami semua jenis tanaman, kita tahu bahwa tidak semua hasil tanaman itu yang bisa kita konsumsi.

Manfaat Media
Manfaat menulis di media sangat dan sangat banyak sekali. Di antara kemanfaatan-kemanfaatannya adalah :
1.    Menyalurkan Gagasan dengan Luas
Tentu, otak (kanan maupun otak kiri) manusia mempunyai produktifitas untuk menghasilkan buah (ide atau pemikiran) dari setiap hal yang ditemui atau dialaminya. Salah satu cara ‘memanen buah’ dari otak itu, adalah membentuknya menjadi sebuah tulisan. ‘Buah’ dari otak itu akan bisa terhidangkan lebih luas dan bisa dinikmati banyak orang, ketika dimuat di media. Ide kita akan mengalir ke semua pihak, ke semua lapisan.
2.    Puas Luarbiasa
Sangat berbeda rasanya menulis dan dibaca sendiri, dengan menulis di media dan dibaca khalayak umum.
3.    Menjadi Terkenal
Sama sekali tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa, ketenaran seorang artis dan penulis bisa dibilang tidak jauh beda. Paling tidak, dengan menulis di media kita akan dikenal banyak orang. Bayangkan bila tulisan kita dimuat di media dengan oplah besar, misalnya koran Kedaulatan Rakyat yang mencetak 500 ribu eksemplar. 5 % saja yang membaca tulisan kita, berarti ada sekitar 25 ribu orang yang mengenal kita!.
4.    Sebagai Lumbung Uang
Lihat, Masashi penulis dari Jepang, sudah menjadi sangat kaya dengan komik Narutonya yang meledak di media berbagai dunia, JK Rowling sukses menjadi miliader dengan penyebaran Harry Potternya. Lebih dekat lagi, salah satu pesantren asuhan KH. Zainal Arifin Toha (alm) Jogja, dihuni oleh para santri yang tercukupi kebutuhan mondok mereka dengan menulis di media.
5.    Mempengaruhi Masyarakat
Media massa merupakan salah satu sarana yang mampu menyebabkan pola pikir dan perilaku masyarakat terpengaruh atau bahkan berubah sesuai dengan pesan atau informasi yang dikandung dalam media tersebut. Media mampu menembus ruang dan sekat-sekat atau benteng kokoh sekalipun. Media bagaikan mahluk ghaib yang tidak bisa dikerangkeng oleh ruang dan waktu, sehingga bisa bergerak leluasa untuk menginformasikan berbagai hal yang pada akhirnya mampu membuat mentalitas (idea) dan perilaku masyarakat terpengaruh, perubahan sosial tidak bisa dielakkan lagi. Baik tidaknya perubahan itu, tergantung baik tidaknya tulisan atau informasi media.

Kita Harus Berperang!!
Media sudah bukan lagi wadah untuk tempat menuangkan gagasan atau ide, bukan lagi tempat informasi, lebih jauh dari itu. Media sekarang sudah ‘liar’ dan justru kepanjangan dari kepentingan-kepentingan negatif. Alat politik, propaganda perang, penghasutan idialisme, provokasi, fitnah adalah di antara sekian banyak keburukan-keburukan yang bertebaran di media. Apa yang harus kita lakukan?, mengangkat senjata?, tidak, sama sekali tidak. Tapi, kita berjihad dan berdakwah melawan tulisan media itu dengan menulis di media.
Media-media yang berbasis Islam harus bersatu dan bergerak cepat untuk menyelamatkan umat dari kebodohan-kebodohan yang dilakukan berbagai oknum yang mencoba menghancurkan Islam dari berbagai sudut. Kita harus ‘berperang’ secapat dan sesegera mungkin dengan gigih dengan menghidupkan media Islam dan berdakwah di media, karena bahaya media sudah ada dimana-mana.

Menulis di Media
Dari sekian banyak media di Indonesia, bisa dibilang sudah menentukan standar model tulisan yang akan dimuat. Di antaranya adalah :
1.      Tulisan adalah gagasan murni dari si penulis, bisa juga sebagian isinya mengambil dari sumber lain. Misalnya referensi kepustakaan, gagasan orang lain, renungan tokoh masyarakat dan sebagainya.
2.      Tata bahasa tulisan memiliki standar dasar sastrawi. Artinya, gaya bahasa sesuai dengan panduan bahasa Indonesia yang benar. Baik dalam segi ejaan, tanda baca, pemakaian huruf besar kecil, maupun dalam susunan kata-kata.
3.      Menarik dan mengandung unsur baru.
4.      Memakai bahasa yang lugas dan sederhana
5.      Topik bersifat aktual. Yang dimaksud aktual adalah sebagai respons/komentar dari peristiwa yang baru saja terjadi atau sebagai refleksi dari hari besar nasional dan internasional.

Beberapa Kasus di Media
1.      Carut marut perang di Suriah semakin keruh dengan munculnya cuplikan gambar video yang tersebar di jejaring-jejaring media sosial. Video itu berisikan dampak serangan senjata kimia yang mendokumentasikan episode paling berdarah dalam konflik berumur 30 bulan yang telah menelan korban lebih dari 110.000 nyawa manusia itu. Walaupun rezim Presiden Bashar al-Assad berulangkali membantah, Barat malah menggunakan video propaganda oposisi itu sebagai bukti bagi dukungan serangan militer ke Suriah.
2.      Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)  untuk memberikan hukuman kepada TVRI ada hubungannya dengan politik. Pasalnya, TVRI didakwa telah melakukan siaran langsung terhadap acara sebuah partai, sementara televisi swasta yang pernah melakukan hal yang sama, KPI selalu tumpul dan buntu mengeluarkan hukuman.
3.      Pihak penyelenggara acara Miss Wold di Bali membuat opini kalau acara itu tidak bertentangan dengan Islam. Salah satu video mereka berjudul “Pesantren Dukung Miss World 2013 di Indonesia.
4.      Beberapa acara kartun di Indonesia ternyata berpotensi buruk bagi perkembangan karakter dan psikologis anak. Acara kartun seperti Angry Bird tidak terasa mengajarkan karakter anak negeri ini jadi agresif, pemarah dan perusak.



Disampaikan di Seminar Jurnalistik Gedung Wajar Dikdas Al Falahiyah Langitan,

Jum’at, 25 Oktober 2013 M.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Mari ‘Berperang’ di Media"