Jejakku di Pondok Pesantren Al Akhyar, Bangkalan Madura

Jejakku di Pondok Pesantren Al Akhyar
Tambak Agung Bangkalan Madura
Minggu, 29 Desember 2013 M.

Tahun 1930an lalu, ketika belum ada nama Indonesia, saat belum ada kibaran sang saka merah putih di seluruh tiang-tiang nusantara, atau belum ada warna untuk memberi tanda akan adanya kebangsaan nusantara. Pesantren, adalah lembaga pendidikan favorit, strategis, dan satu-satunya instansi yang berada di dalam hati rakyat negeri ini.

Karena pesantren yang hampir tersebar di seluruh pelosok nusantara pada pra kemerdekaan berhasil menyelamatkan masyarakat dari kebodohan dan kebutaan huruf. Intimidasi dari pihak colonial Belanda yang membatasi pendidikan hanya untuk antek-antek dan para bangsawan bisa bersekolah membuat pesantren adalah pilihan utama penduduk pri bumi untuk menyelamatkan generasinya.

Entah, setelah bangsa ini bebas dan jeratan penjajah, perjuangan para Ulama dan Kiai pesantren memerdekakan bangsa ini tampaknya tidak dibaca. Tidak ada yang berani menjawab apa penyebabnya, karena ‘tekanan’ atau bangsa ini sudah ‘latah’ menelan mentah-mentah peradaban barat yang menurut mereka lebih relevan dengan zaman. Apakah, bangsa ini telah kehilangan pilar-pilarnya, pancasila tidak menemukan kegagahan sayap garudanya, pondasi-pondasi bangsa sudah runtuh, masing-masing dari Anda mempunyai jawabannya.

Media?, ketika krannya dibuka lebar-lebar, sebebas-bebasnya, demokrasi dan HAM menjadi kitab suci baru, pergerakan media sudah tidak ada lagi yang bisa membendung, sudah tidak ada lagi yang bisa memberantas. Lihat, betapa kacau bangsa ini dengan diskusi panas dimana-mana, hujatan dimana-mana, saling tuduh, ajaran agama dipermainkan, agama sudah muncul bermacam-macam sekte, carut-marutnya hukum. Lihat, Anda bisa mengatakan lucu, tertawa, atau apalah, ketika berita public figure ternyata lebih menghebohkan daripada warta tentang koruptor. Atau, orang-orang yang salah jalannya malah digelari para cendekiawan atau kelompok perubahan masa depan.

Pesantren harus kembali kepada fungsinya, yaitu menyelamatkan bangsa ini dari keterpurukan globalisasi, kemerosotan moral dan ‘kejahiliyahan’ lainnya. Karena, title dan legalisasi yang mereka tuhankan ternyata tidak bisa menjawab kebutuhan bangsa ini. Title dan legalisasi sudah sangat mudah didapatkan dengan nominal uang dan amplop.

Pesantren harus bergerak, harus menyeimbangkan visi dan misinya untuk maslahah dunia dan akhirat. Dunia pendidikan dan pesantren sudah memasuki dunia baru, era baru, tentu memerlukan formula baru untuk membangun dan memajukan generasi bangsa ini..

Selamat Kepada para santri Pondok Pesantren Al Akhyar, Tambak Agung Bangkalan Madura, berkat wasilah dari Akhinal Karim ibnul Karim EM Sal, kami bisa mengisi Workshop Pelatihan Menulis dan Pembuatan Majalah..

Bismillah Allahu Akbar...!!
Allah sudah menyiapkan keindahan-keindahan atas semangat dan jerih payah santri-santri Al Akhyar, Kami sangat berbangga sekali ketika teman-teman santri bersemangat sampai jam satu malam melakukan sidang pengadaan Majalah Al Akhyar yang sebentar lagi akan diterbitkan sebagai Media Informasi dan Kreasi Al Akhyar

Luarbiasa senang sekali, karena dunia tulis-menulis pesantren khususnya di Madura bergeliat, ini pertanda akan berkembangnya pemikiran para santri untuk menghadapi globalisasi..

Terus semangat, terus bergerak untuk mencoba lebih baik, terus berjalan untuk kemajuan pesantren dan medianya. Kelak, tumpahan tinta kalian untuk jalan Allah akan ditimbang dengan darah para syuhada'..

Bismillah Allahu Akbar....!!!



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jejakku di Pondok Pesantren Al Akhyar, Bangkalan Madura"