Pilihan Mbah Kayan

Sore itu, saya mendatangi salah satu sesepuh desa ini (Alasmalang, Gawerejo, Karangbinangun, Lamongan, mengampiri rumah salah satu penduduk, mbah Kayan, begitu masyarakat sekitar memanggil, beliau sudah berusia senja, rendah hati, selalu tersenyum, berambut putih, bertubuh sedang, yang membuat saya merasa malu adalah cerita dari salah satu warga, bahwa Mbah Kayan sudah 40 tahun lebih selalu berjamaah lima waktu di saf pertama atau menjadi imam masjid kampung ini.. Ah, yang sehat dan muda seperti saya, sering malas berjamaah... 
Sambil menunggu buka bersama di rumah beliau, kami berbincang-bincang tentang kehidupan masing-masing, terkadang beliau menceritakan masa mudanya yang seru, pada saat saya menanyakan bagaimana pilpres nanti, mbah Kayan hanya tersenyum, dengan tidak saya duga, beliau berkata,
"Kamu kan penulis nak, pasti bisa memilah mana yang ikhlas dan tidak, kau juga dibesarkan di pesantren dan ilmu yang ada di hatimu sudah cukup kiranya untuk menjadi petunjuk kemana kamu melangkah,"
Saya kaget, kok tahu kalau saya nyantri? padahal saya tidak pernah cerita. Mungkin beliau tahu dari masyarakat yang ikut pengajian. Tebak hati saya.
"Hai Umar Faruq bin... bin.. bin.. bin..." mbah Kayan menyebut nasab saya sampai jauh, Ah, saya tidak peduli, mungkin mbah Kayan ngarang. Walaupun sebenarnya saya tidak bisa menyalahkan. Nasab yang sebenarnya tidak pernah saya cari, nasab yang tidak pernah saya hiraukan, buat apa mencarinya?, tidak mendatangkan kekayaan juga, hee.. matre..
"Alangkah hebatnya Indonesia bila dipimpin oleh yang kau yakini (mbah Kayan menunjuk dada kiri saya), dan fitnah di Indonesia akan membesar bila yang jadi calon lain.." dengan pelan, saya memberanikan diri bertanya siapa yang menang, mbah Kayan malah tertawa keras sekali, Tampaknya beliau menertawai saya yang selalu bertanya tentang gemerlap dunia, sebuah dimenasi yang telah lama ditinggalkan mbah Kayan.
"Amalkan apa yang ada di dalam kitab di kantong baju kananmu, Indonesia jadi hebat bila generasinya hebat, hebatkan dirimu, agar hebat bangsamu.."
Ketika mau bertanya lagi, ikamah tanda akan segera dilaksanakan jamaah terdengar dari masjid, kami beranjak. Sebenarnya kalau boleh meminta, azan dan ikamah beberapa jam lagi, beberapa saat lagi, dimana saya telah banyak mengeluarkan pikiran-pikiran yang menggantung dalam hati. Ah, masih banyak pertanyaan tentang bangsa ini..
Semoga besok bisa bertemu beliau lagi, orang unik pilihan Allah...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pilihan Mbah Kayan"