Tidak Usah Ngotot
Beberapa minggu lalu, teman saya di Surabaya mengeluhkan efek pemilu yang membuatnya putus relasi link kerja hanya karena tidak sama pilihan calon pilpres.. Padahal hanya lewat omongan saja..
Di Papua, sahabat saya sampai tidak disapa tetangga karena ia menempelkan stiker salah satu calon. Padahal rumah mereka dempet atau bersebelahan. Fanatik buta, saudara jadi lawan.
Karib saya di Sulawesi juga tak jauh beda, ia kerap kali dapat terror sms atau bullying karena pernah menulis di media yang isinya hanya memuji satu di antara dua kandidat. Padahal tidak ada juga tulisan yang menyudutkan pihak lainnya..
Lebih parah, di Sumatera sohib saya menceritakan musala tempat ia beribadah menjadi sepi hanya karena ada spanduk kampanye salah satu partai pendukung, aneh, karena spanduk itu dibuat penutup jeding musala sisa pemilu tahun 2009..
"Apa yang terjadi di negara ini?," saat sahabat bertanya begitu, saya menjawab,
"Sayang sekali, begitu mudah kita menyebarkan fitnah, suuzon kepada pihak yang tidak sama dengan selera. Masak negara ini mau dimajukan dengan selera?. Saya rasa, mereka hanya orang-orang gegabah atau bahkan latah. Padahal masa presiden hanya lima tahun saja, bukan akhirat yang kekal atau bukan perang dunia sehingga kita teramat khawatir hancurnya sebuah negara,"
Sahabat itu diam.
"Kita harus cerdas, bila tak cocok, 5 tahun lagi ada pemilu, tinggal pilih dan coblos yang lainnya. Amat aneh, bila membawa nama Islam dan Allah atau malah menyebut neraka dan surga, karena ini (negara) urusan sepele jauh bila disejajarkan dengan soal agama yang mulia. Islam itu tinggi, tidak ada yang lebih tinggi darinya..!! termasuk oleh dua calon yang tak kau kenal sama sekali...!!. Betapa bodohnya kita kalau fanatik kepada orang yang tidak dikenal melebihi Allah yang ada di hatimu?, subhanallah... nauzubillah.."
"Terus?" sahabat saya mulai tenang. Namun wajahnya merah!.
"Kita harus cerdas!, tangguh hati tidak mudah latah menfitnah!, kuat iman tidak goyah hingga bawa-bawa nama Tuhan, sekali lagi, kita harus cerdas..!"
Sahabat saya berlalu sambil mengangkat jempolnya, setelah agak jauh, dia berteriak sedikit lantang dan keras,
"Allah...!! cerdaskan bangsaku...!!!"
***
0 Response to "Tidak Usah Ngotot"
Posting Komentar