Jurnalistik "Sampah"


Sudah beberapa tahun saya menggeluti dunia tulis-menulis, yang bahasa kerennya 'jurnalistik', baik cetak atau elektronik, lokal atau nasional. Bahasa dan ilmu jurnalistik sudah saya pelajari lama. Dari sekian tahun yang saya perhatikan, 'wajah' jurnalistik sudah berbeda, sekarang, banyak perorangan/penulis/wartawan yang menulis bukan berangkat dari 'hati', tapi ada 'niat lain' yang menyertainya.
'Niat lain' itu bisa saja, menulis untuk mencari uang, menulis untuk dipuji, menulis untuk mencari popularitas, menulis untuk menjatuhkan orang lain, menulis untuk sensasi belaka, dan tulisan-tulisan lain yang sebenarnya masuk dalam ranah 'niat negatif'. Kalau Anda penulis/wartawan yang demikian, semoga tidak banyak di tempat lain, karena Anda akan merusak tatanan dan kesejahteraan masyarakat, daerah, hingga bangsa ini.
Pun, melihat media-media yang tumbuh seperti jamur seperti zaman sekarang, rasanya sangat disayangkan sekali bila berbuat demikian, bahwa media dijadikan "lumbung" bagi tindak negatif, "sarana" keburukan. Saya sudah biasa mendapat "serangan" negatif lewat media, saya acuhkan, saya tidak akan meladeninya karena ia bukan seorang penulis sejati, kebetulan saja bisa menulis dan memakai "topeng" jurnalistik. kagak pengaruh bro..
Saya berharap, pelaku media (penulis-wartawan-dll) bisa menjadi motor penggerak kebaikan, memuat tulisan-tulisan yang menginspirasi masyarakat untuk maju, bukan memajang tulisan-tulisan yang membuat orang berburuk sangka, mengganggu ketenangan masyarakat, dan "akibat buruk" lainnya.
Mari kita berdoa, semoga para jurnalis bangsa ini setiap hari memamerkan tulisan "mutiara" yang indah dan membahagiakan, bukan tulisan "sampah" yang gaduh dan meresahkan. Amin...

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jurnalistik "Sampah""