Nasehat Ibu


Saya ingat, ketika awal-awal menikah, dinasehati oleh ibu sekaligus guru saya, beliau yang saat ini saya rindukan berkata; "Harrik yadaik, tunzil ilaika rizqo"
Sebuah nasihat yang menyemangati saya untuk ikhtiar berusaha, bermuamalah sebagaimana biasa kehidupan sosial. Membuka usaha, berdoa, dan bertawakal kepada Allah, serangkaian ibadah yang harus seiringan.
Berusaha-Doa-Tawakal, begitulah sistem bisnis yang saya jalankan, besar kecil order cetak yang masuk, tiga prinsip yang saya dapatkan dari pesantren itulah yang saya pegang. Begitu juga dalam melakukan relasi kerja dengan percetakan-percetakan lain, sebaik mungkin cara kemitraan adalah pilihan. Pokoknya, masih dalam sistem muamalah (niaga) yang diperbolehkan oleh syariat Islam.
Beberapa bulan yang lalu, ketika saya bertemu beliau sambil menikmati beberapa tusuk sate, beliau berpesan, "Harus sabar, pasti, suatu saat menemukan masalah-masalah yang mengganjal, apalagi menghadapi orang-orang di luar pesantren, bukan santri, dan komunitas lain yang berbeda denganmu, tenang dan bersabarlah..."
Berusaha-Doa-Tawakal-Sabar, empat sistem kerja yang saya peroleh dari bahasa nasihat yang sederhana dari beliau untuk saya.
Kalau diplesetkan dengan istilah populer Jawa, "Sluman slumun slamet.." grin emotikon

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Nasehat Ibu"