Syair-syairnya Pengobar Semangat Perang
Abdullah ibnu Rawahah
Abdullah ibnu Rawahah adalah sahabat dari kalangan
Anshor yang mengikuti Bai’ah Aqobah Ula
dan Bai’at Aqobah Tsani. Abdullah ibnu Rawahah juga dikenal penjaga stabilitas
Islam di Madinah atas tipu muslihat Abdullah bin Ubay pimpinan golongan kaum
munafik yang mencoba menghancurkan Islam.
Ibnu Rawahah adalah penulis dari kalangan Madinah yang
terkenal dengan kepiawaian syair dan sastranya. Semenjak memeluk Islam, kemampuan
bersyair ia gunakan bagi kejayaan Islam. Bahkan, Rasullullah menyukai
dan sering meminta ibnu Rawahah untuk membuat dan membacakan syair-syairnya.
Pada suatu hari, beliau duduk bersama para sahabatnya,
tiba-tiba datanglah Abdullah bin Rawahah, Nabi meminta Ibnu Rawahah membacakan
syairnya. Ibnu Rawahah mengucapkan syairnya :
Wahai putera
Hasyim yang baik,
sungguh Allah
melebihkanmu dari seluruh manusia.
dan memberimu
keutamaan,
di mana orang
tak usah iri.
sungguh aku
menaruh firasat baik
yang kuyakini
terhadap dirimu.
Suatu firasat
berbeda dengan pandangan hidup mereka.
Seandainya
anda bertanya, meminta pertolongan mereka
memecahkan
persoalan mereka
tiadalah
mereka hendak menjawab atau membela
Karena itu
Allah mengukuhkan kebaikan dan ajaran yang Anda bawa
Sebagaimana
Ia telah mengukuhkan dan memberi pertolongan kepada Musa.
Mendengar itu Rasul menjadi gembira dan ridla
kepadanya, lalu sabdanya: "Dan
engkau pun akan diteguhkan Allah".
Slogan
Perang
Setiap pasukan muslimin terjun ke medang perang,
Abdullah ibnu Rawahah menyenandungkan semangat jihad bala tentara Islam dengan
syair-syairnya. Ia terjun ke medan perang membawa pedangnya di Badar, Uhud,
Khandak, Hudaibiah dan Khaibar, seraya menjadikan kalimat-kalimat syair dan
qashidahnya menjadi slogan perjuangan :
Wahai diri!
Seandainya
engkau tidak tewas terbunuh,
tetapi engkau
pasti akan mati juga!
Abdullah ibnu Rawahah juga menyorakkan teriakan
perang, membakar semangat pasukan muslimin :
Menyingkir
kamu, hai anak-anak kafir dari jalannya.
Menyingkir
kamu setiap kebaikkan akan ditemui Rasul-Nya
Syahid di
Muktah
Rasulullah mengutus Abdullah ibnu Rawahah sebagai
panglima di perang Muktah. Sebelum pasukan Islam itu berangkat meninggalkan
Madinah, Ibnu Rawahah berdiri tegak lalu mengucapkan syairnya :
Yang kupinta
kepada Allah
Ampunan dan
kemenangan di medan perang
setiap ayunan
pedangku memberi ketentuan
Bertekuk lututnya
angkatan perang syetan
Akhirnya aku
tersungkur memenuhi harapan
Mati syahid
di medan perang..
Benar, itulah
cita-citanya kemenangan dan tak terhingga…
pukulan
pedang atau tusukan tombak,
yang akan
membawanya ke alam syuhada berbahagia…
Ketika ada kegetiran di pasukan Islam saat melihat
jumlah besar pasukan Romawi di medan Muktah, Ibnu Rawahah berdiri di antara
barisan pasukan
lalu berucap : “Kawan-kawan
sekalian! Demi Allah, sesungguhnya kita berperang
melawan musuh bukan berdasar bilangan, kekuatan atau
banyaknya jumlah tidak mempengaruhi mereka, melainkan karena
mempertahankan agama kita, yang dengan
memeluknya kita telah
dimuliakan Allah!. Ayohlah kita maju! Salah satu dari
dua kebaikan pasti kita capai, kemenangan atau
syahid di jalan Allah!!”
Kaum Muslimin berteriak: "Sungguh,
demi Allah, benar yang dibilang
Ibnu Rawahah.. !" pasukan muslimin maju menghadapi 200.000 tentara
Romawi pimpinan Heraklius. Dalam perang Muktah, pimpinan perang pertama adalah Zaid
bin Haritsah, kemudian Ja'far bin Abi Thalib, disusul Abdullah
ibnu Rawahah, tiga pimpinan perang ini secara bergantian memegang bendera Islam
dan gugur sebagai syahid di medan perang.
Airmata dan
Senyum Rasulullah
Saat pertempuran sengit sedang berkecamuk di bumi Balqa' di Syam (perang Muktah),
Rasulullah Saw sedang duduk beserta para shahabat di Madinah membicarakan
perang. Tiba-tiba Nabi terdiam, kedua matanya basah berkaca-kaca. Beliau
mengangkat wajah dengan mengerdipkan kedua matanya, untuk melepas air mata yang
jatuh karena rasa duka dan belas kasih. Seraya memandang sekeliling, ke
wajah para shahabatnya dengan pandangan haru, beliau kemudian berkata : “Panji (bendera) perang dipegang oleh Zaid
bin Haritsah, ia bertempur hingga gugur sebagai syahid. Kemudian diambil alih
oleh Ja'far, dan ia bertempur pula bersamanya sampai syahid pula.”
Rasulullah terdiam sebentar, lalu ia bersabda : “Kemudian panji itu dipegang oleh Abdulah bin Rawahah dan ia
bertempur bersama panji itu, sampai akhirnya ia·pun syahid pula.”
Rasulullah diam seketika, sementara mata beliau
bercahaya, menyinarkan kegembiraan, ketentraman dan kerinduan, lalu bersabda : “Mereka bertiga diangkat ke tempatku di
syurga.”
Perjalanan
manalagi yang lebih mulia
Kesepakatan
mana lagi yang lebih berbahagia
Mereka maju
ke medan laga bersama-sama
Dan mereka
naik ke syurga bersama-sama
H. R. Umar Faruq
(Dimuat di Majalah Langitan edisi 53)
0 Response to "Syair-syairnya Pengobar Semangat Perang"
Posting Komentar