Bu Kepsek yang Cantik
Wanita Paling Hebat di Sekolah Saya
Belasan tahun lalu saya bukan siapa-siapa (sampai sekarang…),
anak desa yang kerap kali malas sekolah (padahal jaraknya hanya ditempuh 2
menit 34 detik jalan kaki, jangan tertawa dahulu, saya pernah menghitungnya
beberapa kali dengan meminjam jam tangan tetangga yang kebetulan sekelas),
malas mengaji di langgar (walaupun letaknya lima langkah di depan rumah).
Saya ingat, waktu akan lulusan sekolah dasar (SD), Para guru
saya, Bu Lilik –kami panggil sang bidadari, Bu Eni –kami sebut Bu Menteri
Penerangan Sekolah, Pak Kandar –dikenal dengan nama Jenderal Jack, (ya Allah,
sudah belasan tahun tidak mendengar berita beliau-beliau, parah…. ), dan guru yang lain seperti memaksa
saya untuk masuk di SMP Negeri Bangkalan atau di Surabaya, mereka siap
merekomendasikan dan mendukung. Bahkan, Bu Lilik dang Kepala Sekolah bersedia
mengantarkan saya, kemanapun sekolah yang saya pilih.
Waktu saya mau pulang setelah menerima ijazah kelulusan, Bu
Kepsek mendekati saya, menurut pendapat saya (dikuatkan dengan survey
teman-teman sekolah) beliau adalah guru yang paling lembut keibuan, cerdas,
cantik (bahkan kami sempat bertaruh kepada teman sekolah lain kalau Bu Lilik
paling catik se Madura, mirip artis Bollywood Preity Zinta dari India –atau
lebih cantik lagi), putih dan tinggi, pernah beliau memakai jubah dan jilbab
berwarna pink (beliau biasa tidak berhijab ), serentak, kami, anak-anak didik
beliau berteriak, “Ibu bidadari dari Kahyangan…!!!” ah, lesung pipi beliau
ketika tersenyum dengan godaan dan siulan kami, menambah seperkian manis
wajahnya. Hehee..
Bu Kepsek tersenyum kemudian bersimpuh di depan saya sambil
kedua tangan beliau memegang lengan.
“Kau salah satu anak yang sangat cerdas di sekolah ini, IQmu di
atas rata-rata, melebihi beberapa temanmu, sekolah dasar kau tempuh dengan
cepat dalam usia dini, danemmu terbaik di sekolah, kalau waktu itu catatannya
masih bisa diakses, nilaimu mungkin terbaik se Kabupaten atau bahkan se Jawa
Timur. Ibu tidak akan memaksamu melanjutkan ke sekolah umum negeri seperti yang
ibu bilang kemarin, walaupun kau akan lolos tanpa syarat.” Saya ingat, waktu
itu Bu Lilik berkaca-kaca sambil mengusap wajah saya dengan tangannya yang
lembut.
“Apapun pendidikan lanjutan yang kau pilih, ibu ingin kau
menggunakan kecerdasanmu untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, ilmu apapun
itu, kalau itu ilmu, ambillah walaupun dari orang yang tidak seiman denganmu.
Dan ibu ingin, nilai A pada akhlak dan kelakuanmu di sekolah, sampai kau
dewasa, nilai budi pekertimu harus tetap A ya nak.. Kelak, aku berharap, aku
berdoa, kau akan menjadi orang yang mulia dan dibanggakan.” Lembut sekali,
beliau mencium kedua pipi saya.
Bu Lilik yang saya sayangi, yang saya cintai sepenuh hati, yang
saya hormati, yang saya harapkan kesehatannya, yang saya rindukan semangat dan
petuah inspirasinya, mohon maaf Bu, nilai ilmu dan akhlak saya masih C, masih
sering bandel dan malas belajar, masih sangat kurang dan tidak seperti yang kau
harapkan Bu..
Suatu saat, ketika saya bertemu denganmu Ibu, ada kado spesial
buatmu, sebuah buku tentang cerita saya, teman, sekolah, dan seorang wanita
hebat yang selalu menjadi bidadari di hati anak didiknya, seorang perempuan
brilian yang selalu menjadi lumbung inspirasi murid-muridnya, Ibu Lilik, Ibu
kami yang paling hebat.
0 Response to "Bu Kepsek yang Cantik"
Posting Komentar