Pendidikan Mutu, bukan Pendidikan Saingan
Di Indonesia, banyak ragam lembaga pendidikan yang berdiri dari bermacam-macam kelompok, instansi, bahkan politik. Saya tidak membahas ideologi, yang saya tahu, guru di sekolah misi dan visinya sama, 'Mencerdaskan anak bangsa,'
Slogan inilah yang saya dengar dari beberapa teman guru (termasuk beda naungan). Tidak ada yang berbeda, hanya warna bajunya saja tidak sama.
Sudah cukupkah kualitas pendidikan Islam? saya masih ragu mengiyakan, karena kemerosotan umat Islam di berbagai bidang, terutama rendahnya kualitas infrastruktur pendidikan, sosial, dan ekonomi, masih dirasakan (semoga sahabat menemukan kabar lebih baik). Masalahnya? legalitas dan gengsi nama/gelar atau instusi masih sangat terasa, satu daerah (kabupaten) saja ada puluhan lembaga, keberadaan lembaga tersebut bukanlah sebuah sarana lebih mudahnya masyarakat mendapatkan pendididikan anak2 mereka, tapi puluhan lembaga yang saling bersaing, saling berebut, atau saling menjatuhkan, sehingga tidak ada hubungan harmonis dan terkesan saling menyikut, ditambah pintu administrasi birokrat yang berpintu banyak dan rumit. Saya melihat, puluhan pendidikan itu adalah sekelompok penghuni kerajaan dinasti China dengan kasta-kasta yang memisahkan satu sama lain.
Kalau sudah begini, lantas apa yang diharapkan dari puluhan pendidikan dengan ribuan siswanya?, merekakah yang bakal memimpin negara ini?.
Baju boleh berbeda, idelogi boleh tak sama, anak-anak Indonesia harus menjadi agamawan, ilmuan, cendekiawan, dan orang-orang hebat. Sangat disayangkan bila masih meninggikan ego persaingan dengan melupakan mutu pendidikan. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun...
Dari dahulu, saya merasakan betapa senangnya bila semua pelaku pendidikan duduk bersama, saling membantu membesarkan mutu dan fasilitas pendidikan, bahu membahu dan gotong-royong meningkatkan SDM anak negeri. subhanallah, keren sekali.
Apalagi lembaga Islam, menjadi wajib untuk bisa merangkul semua elemen dengan baik, Rasulullah memberi konsep rahmatan lil alamin, bukan rahmatan lil kelompok, lil organisasi, apalagi lil pribadi. Umat Rasulullah tidak?
0 Response to "Pendidikan Mutu, bukan Pendidikan Saingan"
Posting Komentar